3 Desember di Kafe Penink…

Kurang beberapa hari lagi menuju natal. Tetapi semua yang sudah kita lewati ini cukup besar untuk di letakkan di dalam koper kita. Ingin ku kejar natal dan tahun baru. Mungkin untuk selebrasi di gereja sekali saja. Tetapi aku tau apa yang akan kalian katakan nanti. Kubu Salib diatas atap dengan Kubu Bulan Bintang di atas Atap akan berpandang yang sama. Seorang Muslim merayakan natal. Dunia sudah mau kiamat.

Bukan, aku membuat ini bukan untuk merayakan natal, Mengajukan proposal untuk berpindah agam hanya untuk 1 hari, memimpikan salju putih dan bercumbu di bawah gantungan natal yang unik. Mistletoe. Tetapi hanya sekedar formalitas. Karena 3 Desember hari spesial.

Ya, 3 Desember 2019 dimana yang biasanya kita sering berkumpul dan berbincang bersama sudah mulai tidak kedengaran suara nafasnya. Satu persatu samar-samar hilang batang hidungnya. Ketika 3 Desember 2019 dimana mereka sudah menungguku di meja itu, aku pun absen untuk datang.

Bukan absen, tetapi telat. Maaf tapi tugas UAS dan tidurku yang melewati maghrib membuatku lupa bahwa kita ada pertemuan hari ini. Aku tidak sempat mengecek kalender kita masing-masing. Baru ku sadar setelah jam menunjukkan angka 12 dan langit berwarna gelap dan dipenuhi oleh bulan dan bintang-bintang yang bersinar. Jika ini pedesaan, pemandangan ini seperti melihat wanita seksi. Hanya sekali seumur hidup, karena tiap langit beda dan tiap wanita seksi yang kamu lihat juga berbeda-beda.

Maaf sekali lagi, 3 Desember seharusnya kita berkumpul bersama. Langkahku sudah terbawa menuju meja oval itu di kafe Penink… Seharusnya aku bergegas mengecek kalender itu dan tidak menunda semuanya yang ada di dalam hidupku.

12.14 Aku baru sampai. Maafkan aku, kalian semua sudah pergi meninggalkan tempat. Disini aku menyeruput kopi sisa yang kamu tinggalkan, rasa yang sama seperti kopi di rumahmu.

Leave a comment

Design a site like this with WordPress.com
Get started