Persetan dengan Kesempurnaan

“Persetan dengan Kesempurnaan”, Itulah kata-kata yang dilontarkan oleh sahabat ayahmu itu, kalau ayahmu sih, berkata “Fuck Perfection”. Walaupun kedengarannya aneh dengan bahasa Indonesia, baku maupun yang tidak baku, ayahmu lebih senang akan esensi amarah yang berada di beberapa kata kasar bahasa Inggris seperti contoh “Fuck” itu.

Ya, diam-diam sebagian ayahmu setuju akan statement itu. Dan sebagian lainnya diam. Yakin bahwa sebenarnya yang dunia dan yang benar-benar ayahmu inginkan itu kesempurnaaan setiap saat. Apapun itu, semua yang ia lakukan harus sempurna, termasuk bernyanyi, atau setidaknya bermusik.

Dulu ayahmu non-stop latihan memegang biola dengan pundaknya sampai tidak jatuh, dan ya, tidak jatuh, tetapi berefek kepada tulangnya itu, sakit yang ia rasakan dulu sampai sekarang masih terasa setiap kali ia ingin mencoba memainkan biola. Seseorang yang mahir berkata sih, posisinya tidak benar, tetapi ayahmu yakin kalau dirinya memang tidak berbakat di instrumen itu.

Setelah paksaan bermain biola, pindahlah ke keyboard, latihan-latihan panjang sampai jari-jari ayahmu dipukul agar “lemas” dan lentur dalam memainkan tuts keyboard dilakukan oleh guru les dan nenekmu agar setidakny bisa memainkan satu lagu utuh.

Sungguh sebuah penderitaan yang panjang, dulu nenekmu tidak setuju dengan alat musik yang tidak “klasik” atau setidaknya yang ayahmu pikirkan, alat musih “murahan”. Alat musik yang tidak ada esensinya untuk orang kaya. Karena yang orang kaya dan yang ibunya inginkan itu ayahmu bermain di pertunjukan macam opera, atau ensembel biola yang mengantarkan sekeluarga ke Swiss, atau ke negara manapun yang ada saljunya. Bukan alat instrumen macam gitar yang dipegang oleh berandalan. Yah, impian orang macam kita lah. Semoga kalian ada dibiayai oleh siapapun itu agar semua itu bukan menjadi mimpi.

Ya, Ayahmu dididik untuk menjadi sempurna, apapun itu, kalau tidak sempurna maka tidak ada gunanya untuk hidup di dunia. Setidaknya itu yang secara tidak langsung tertanam di kepala ayahmu. Lebih baik dia mati daripada mengecewakan semua orang yang menyimpan harapan kepada dirinya.

Tetapi kali ini, detik ini dan hari ini, karena sahabat ayahmu itu, yang ayahmu merasa percaya diri bahwa setidaknya levelnya jauh diatas dia sedikit saja, mengatakan bahwa sempurna itu tidak ada gunanya. Sebuah kalimat yang benar-benar mengunggah rasa untuk mempublikasikan dirinya ke mancanegara, atau setidaknya dunia maya.

Bukan, bukan sesuatu porno atau lainnya. Melainkan bakat musik yang ayahmu pendam sedari dulu, takut akan ada orang atau setidaknya guru les yang mendengar dan berkata “Wah, anak ini bertahun-tahun masih di Mataram aja, skill tidak meningkat, pasti gara-gara tidak latihan”

“Fuck them” itu yang ayahmu ingin katakan selamanya. Maka nikmatilah cover ini, cover singkat yang ayahmu buat dengan sedikit rasa bangga, sedikit saja karena ia tahu bahwa nadanya terlalu tinggi untuk vokalnya, fals, dan ditambah dengan permainan gitarnya yang sok bisa dan masih salah itu.

Bangsat, WordPress Gratis tidak bisa upload audio/video. Cover Drops of Jupiter ayahmu lewat Link Twitter punya dia saja ya.

https://twitter.com/rflersndy/status/1420019499609333764

Leave a comment

Design a site like this with WordPress.com
Get started