けるあが えるさんぢ

けるあが えるさんぢ (Keruaga Erusandi) atau Bahasa Indonesianya, Keluarga Ersandy. Sepertinya ada penulisan “Keluarga” dalam Bahasa Jepang yang jauh lebih benar dibandingkan “keruaga”. Kemungkinan semacam (famiri), hanya saja ayahmu cuma belajar hiragana saat kelas 4 SD, dan tidak melanjutkan ke tahap Katakana, maupun Kanji.

Ya, dulu ayahmu tidak hanya mengalami fase emo, tetapi fase “jejepangan” juga, hanya saja ia terlalu cepat memulainya, dikarenakan film kartun kesukaannya yaitu Doraemon yang memperkenalkan budaya jepang kepadanya. Sebenarnya, dia bukan Wibu yang kalian kira, siapa yang menjadi Wibu saat kelas 4 SD? Tidak ada, kemungkinan anak generasi 2010 keatas, namun ayahmu kan kelahiran tahun 2000an.

Doraemon, Teru-Teru Bozu Takekoputa, “Tottemo daisuki”, Dan banyak sekali hal yang berkaitan jepang yang ayahmu pelajari dari paparan media sedari kecil. Komik Doraemon, Kartun Doraemon, Gundam, Digimon, Pokemon, Naruto. Memang waktu itu masa jayanya Animasi Jepang, sekarang entah mengapa ayahmu tidak tertarik dengan serial slice of lice atau romance anime. Ia lebih tertarik dengan kartun animasi yang tidak terlalu mementingkan plot.

Ms. Dinny juga berperan penting akan paparan jejepangan ayahmu itu. Guru yang benar-benar baik hati dan sampai sekarang masih bisa ia rasakan kebaikannya dalam mendidik murid-murid dalam bahasa jepang, perlu diingat kuantitas murid SBB saat itu sangat sedikit, dan kami sekelas tidak sampai 21 orang. Hal yang paling ayahmu kenang sampai sekarang adalah bagaimana kita diberi tugas dan diperkenalkan dengan lagu doraemon dalam bahasa jepang. Ya, ternyata ada versi bahasa jepangnya. Di saat itu dimana ayahmu masih bocah kelas 4 SD yang hanya mengetahui bahwa bahasa inggris itu bahasa superior (yang sekarang sudah jauh berubah, dimana bahasa daerah jauh lebih superior), dan kawasan ilmunya hanya di negara Indonesia.

Selain mengetahui bahwa “aku sayang sekali” adalah “tottemo daisuki”, ayahmu juga menampilkan lagu Sakura, coba tanyakan dia, masih ingat tidak dengan lagu itu dan Ms Dinny? Karena saat dia menulis, dia masih ingat betul dengan lirik lagunya. Walaupun lagu dengan nada yang cukup tidak mengenakkan (membuat bulu kuduknya berdiri saat itu), lagu itu sangat berdampak kepada perjalanan ayahmu dalam menelusuri budaya jepang.

Oni, Harvest Moon, Sadako, dan masih banyak lagi. Fantasinya adalah menciptakan nama jepangnya dan hidup dengan nama tersebut sampai akhir hayatnya di sebuah pedesaan di kawasan gunung Fuji. Dulu, saat facebook sedang dalam masa jayanya, banyak post seperti “INGIN MENGETAHUI NAMA JEPANGMU? TULISKAN TANGGAL LAHIR KALIAN DI KOLOM KOMENTAR DAN LIHAT ARTINYA” yang kemudian diisi seperti tanggal 17 = Miya, padahal sebenarnya penamaan jepang tidak seperti itu.

Disaat itulah ia mencari tahu lebih dalam dalam sistem penamaan bahasa jepang, dimana bahasa jepang tidak mengenal huruf “L”, sehingga nama ayahmu yang awalnya “Rafli” menjadi “Ra Fu Ri”. Unik.

Rafuri Erusandi, dengan marga Erusandi di kepulauan jepang sana, terkenal, akan penjual dorayaki terenak, atau pencetus Restaurant Fusion Indo-Jepang dengan memperkenalkan sejarah manis-pahitnya hubungan kedua negara tersebut.

Hanya sebuah fantasi, tetapi tidak ada salahnya, kalian kira-kira mau tidak jika diajak untuk menetap di Jepang? Atau disini jauh lebih enak? Atau bagaimana kalau di kampung, tempat dimana ayahmu tidak pernah bosan mendatanginya, dan dalam hati kecilnya berharap bahwa modernisasi tidak menyentuh desa ini.

Leave a comment

Design a site like this with WordPress.com
Get started